Minggu, 03 Februari 2013

Buku Harian Ayah

Ayah dan ibu sudah menikah 30th & Michael tidak pernah melihat mrk bertengkar.
Bagi Michael, perkawinan ayah & ibu menjadi teladan baginya. Setelah menikah, dia & istrinya sering bertengkar karena hal-hal kecil.

Ketika pulang ke rumah ayahnya,
Michael menuturkan keluhannya pada ayahnya. Ayahnya mendengarkan kemudian masuk, keluar dengan mengusung buku-buku & ditumpuknya di depan Michael.
Sebagian buku sudah kuning, kelihatannya sudah disimpan lama.



Dengan penuh rasa ingin tahu Michael mengambil satu buku itu. Tulisannya benar tulisan ayahnya, agak miring & aneh, ada yg jelas, ada yg semrawut, bahkan ada yg tulisannya sampai menembusi beberapa halaman.
Michael membaca halaman2 buku itu.

Semuanya merupakan catatan hal2 sepele, “Suhu udara berubah jadi dingin, ia mulai merajut baju wol untukku.
Anak2 berisik, untung ada dia.
” Semua itu catatan kebaikan & cinta ibu kpada ayah, cinta ibu kpada anak2 & keluarga.


Matanya berlinang air mata.
Michael mengangkat kepala, dengan haru dia berkata pada ayahnya,

“Ayah, saya sangat kagum pada ayah & ibu.” Ayahnya berkata, “Tidak perlu kagum, kamu juga bisa.”

Ayah berkata lagi, “menjadi suami istri selama puluhan tahun, tidak mungkin menghindari pertengkaran. Ibumu kalau kesal, suka cari gara2, melampiaskan kemarahannya & ngomel. Dalam buku aku tuliskan yang telah ibumu lakukan demi rumah tangga ini.

Seringkali hatiku penuh amarah waktu menulis, kertasnya sampai sobek, tembus oleh pen. Tapi aku terus menulis semua kebaikannya.

Aku renungkan, akhirnya emosi itu lenyap, yang tinggal semuanya kebaikan ibumu.”

Michael mendengarkan, lalu bertanya, “Ayah, apakah ibu pernah melihat catatan ini?” Ayah tertawa & berkata, “Ibumu juga memiliki buku.
Bukunya berisi kebaikan diriku. Sering kami saling bertukar buku & saling menertawakannya

Tiba2 Michael sadar akan rahasia pernikahan, “Mencintai itu sangat sederhana, ingat & catat kebaikan pasangan. Lupakan segala kesalahannya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar