Kamis, 21 Februari 2013

Air dan Awan

Juan, seorang pemuda desa bergegas menuju rumah sederhana tempat Seorang GURU di desa itu tinggal. Wajahnya menampakkan kegembiraan bercampur kegelisahan.

"Ada apa, Juan ?" ucap Sang Guru dengan senyum khasnya.
"Guru, aku diterima kerja di kota sebagai Abdi Rakyat disana!" ungkap sang pemuda kemudian.
Syukurlah," timpal Sang Guru bahagia.
"Guru, kalau tidak keberatan, berikan aku Petuah agar bisa berhasil!" ucap Sang pemuda sambil menunduk & menanti Respon Sang Guru.

"Juan, jadilah seperti AIR, dan jangan ikuti jejak AWAN," untaian kalimat singkat meluncur tenang dari mulut Sang Guru.
Juan berpikir keras memaknai kata-kata Sang Guru, namun terlihat masih belum mengerti sepenuhnya. "Maksudnya, Guru ?" ucapnya kemudian.



"Nak, Air mengajarkan kita untuk senantiasa merendah. Walau berasal dari tempat yang tinggi, ia selalu ingin ke bawah. Semakin besar, semakin banyak jumlahnya; Air kian bersemangat untuk bergerak kebawah. Ia selalu mencari celah untuk bisa mengaliri Dunia dibawahnya," jelas Sang Guru dengan tenang.
"Lalu dengan Awan, Guru ?" tanya si Juan penasaran.


"Jangan sekali-kali seperti Awan, Nak. Perhatikanlah! Awan berasal dari tempat yang rendah, tapi ingin cepat berada di tempat tinggi.
Semakin ringan, semakin ia tidak berbobot; Awan semakin ingin cepat meninggi," terang Sang Guru begitu bijak.

"Dan juga , Juan," tambahnya kemudian, "Ketinggian Awan cuma jadi bahan Permainan Angin."

Si pemuda pun tampak mengangguk pelan & bertekad untuk melaksanakan tugasnya dgn menjadi pemimpin yang seperti AIR yang selalu bergerak kebawah dan mengairi ke bawah.

Pesan moral :
Pilihan ada ditangan kita untuk menjadi Air atau Awan. Bijaklah dengan pilihan yan tersedia yang dapat membawa Kebahagiaan, Kemanfaatan dan Kebaikan bagi kehidupan dan lingkungan sekitar kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar