Kamis, 31 Januari 2013

Sebutir Pasir

Penakluk pertama Mount Everest, puncak tertinggi pegunungan di himalaya, Sir Edmun Hillary, pernah ditanya wartawan apa yang paling ditakutinya saat menjelajah alam. Dia lalu mengaku tidak takut pada binatang buas, jurang yang curam, bongkahan raksasa, atau padang pasir yang luas dan gersang sekalipun. 



Lantas apa? “Sebutir pasir yang terselip diantara sela jari-jari kaki”, kata Hillary. Wartawan heran, tetapi sang penjelajah melanjutkan kata-katanya. “sebutir pasir yang masuk diantra sela jari kaki sering kali menjadi awal petaka. Ia bisa masuk kekulit kaki atau menyelusup lewat kulit. Lama-lama jari kaki terkena infeksi lalu membusuk. Tanpa sadar kakipun tak bisa digerakkan, dan itu awal malapetaka bagi seorang penjelajah sebab ia hanya bisa ditandu”.

Harimau, buaya, binatang, meski buas adalah binatang yang secara naluriah memiliki rasa takut kepada manusia. Sedangkan menghadapi jurang yang dalam dan ganasnya padang pasir, seorang penjelajah sudah punya persiapan memadai. Tetapi, jika menghadapi sebutir pasir yang akan masuk ke jari kaki, seorang penjelajah tidak mempersiapkannya. Dia cenderung mengabaikannya.



Apa yang dikatakan Sir Edmun Hillary, kalau kita renungkan sebetulnya sama dengan orang yang mengabaikan dosa-dosa kecil, misalnya mencoba-coba mencicipi minuman keras, membicarakan keburukan orang lain, sering menganggap bahwa itu adalah dosa-dosa kecil sehingga lambat laun menjadi kebiasaan. Kalau sudah jadi kebiasaan, dosa kecil itupun akan berubah menjadi dosa besar yang sangat membahayakan dirinya dan masyarakat.

Dalam sebuah kisah sufi, seorang pelacur masuk surga hanya karena memberi minum anjing yang kehausan. Perbuatan yang cenderung dinilai sangat kecil itu ternyata dimata Tuhan punya nilai sangat besar karena tingkat keikhlasannya. Bukankah semua roh yang ada diseluruh jagat raya ini, termasuk roh anjing tersebut, hakikatnya berasal dari Tuhan Yang Maha Pencipta juga? Itulah nilai seteguk air penyejuk yang diberikan sang pelacur pada anjing yang keahusan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar