Jumat, 04 Januari 2013

Batu dalam Ember

Seorang dosen berdiri di depan kelas dengan batu-batu dengan berbagai ukuran di atas mejanya. Saat memulai kuliahnya, sang dosen mengambil sebuah ember plastik kosong dengan diameter 20 cm dan tinggi 20 cm. Lalu mengisi dengan batu yg hampir bulat dengan diameter 18 cm. Dan bertanya pada mahasiswanya, apakah ember ini sudah terisi penuh? Hampir serentak mahasiswanya menjawab bahwa ember sudah penuh.



Kemudian sang dosen mengambil batu-batu kerikil dan memasukkan ke dalam ember dan menggoyang-goyangkan ember tersebut, sehingga kerikil tadi mengisi sela-sela yg kosong dalam ember. Mahasiswanya tertawa.

“Apakah sekarang embernya sudah penuh?”, tanya sang dosen. Mahasiswanya setuju bahwa sekarang ember sudah penuh.

Dosen mengambil pasir dan memasukkan ke dalam ember dan mengoyang-goyangkannya hingga pasir itu mengisi sela-sela yg kosong dalam ember.

“Sekarang”, kata sang dosen, “Ini adalah gambaran kehidupan kita”.


“Ember ini adalah bagaikan ruang dalam kehidupan, batu besar ini adalah hal-hal utama dalam kehidupan kita seperti keluarga, pasangan, kesehatan, atau apapun yang ketika kita kehilangan hal itu kita merasa ada yang hilang dari dalam diri kita.”

“Kerikil-kerikil ini adalah hal-hal penting yang menunjang faktor utama dalam kehidupan. Misalnya, pekerjaan, rumah, mobil atau yang lainnya.”

“Pasir adalah hal-hal kecil dalam hidup dimana ketika kita tidak mendapatkannya, hidup kita tetap bisa berjalan normal. Misalnya, kesenangan dan lain-lain.”

“Ketika kita mengisi ember ini dengan kerikil dan pasir lebih dulu, maka tidak lagi tempat untuk batu yang besar. Sama dengan kehidupan ini, ketika kita mengisi hidup ini dengan hal-hal yang kecil terlebih dahulu maka tidak ada lagi ruang dalam kehidupan kita untuk hal-hal yang sangat penting.”

“Jadi, tentukan prioritas dalam hidup Anda. Buatlah hal-hal utama dalam hidup Anda sebagai prioritas yang pertama. Dan gunakan lebih banyak waktu dan tenaga Anda untuk mengejar prioritas pertama ini. Sisanya adalah untuk mengerjakan hal-hal kecil.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar