Rabu, 12 Desember 2012

Kisah Helen Keller


Helen Keller lahir di Tuscumbia, Alabama, pada tanggal 27 Juni 1880, dia adalah putri dari Arthur H Keller dengan istri keduanya Kate Adams. Sebenarnya Helen dilahirkan sebagai bayi normal, dia mampu menirukan gerakan yang dilakukan oleh orang-orang disekitarnya, seperti halnya bayi normal lainnya.

Perubahan drastis mulai terjadi ketika umurnya baru beranjak 19 bulan, Helen terjangkit penyakit yang menyerang perut dan otaknya, dan para dokter memperkirakan bahwa dia tidak akan bertahan hidup dalam waktu yang lama. Namun ternyata kenyataan berkata lain, Helen berhasil keluar dari keadaan kritis meskipun dia harus kehilangan dua hal yang sangat penting dalam kehidupannya, yaitu pendengaran dan penglihatannya. Sejak saat itu praktis Helen hidup dalam kegelapan dan kesunyian, hingga akhirnya ia mendapatkan secercah harapan ketika ia berumur 7 tahun.

Kedua orang tuanya mengutus seorang guru untuk melatih Helen, dia adalah Anne Mansfield Sullivan, seorang guru dari Institute Perkins, Boston. Ny. Sullivan mengubah kehidupan Hellen yang semula tidak mempunyai masa depan, menjadi seorang gadis yang mempunyai masa depan cerah seperti halnya gadis normal lainnya. Sebelumnya pada saat Helen masih berada dibawah pengawasan keluarganya, Helen hanya mampu berkomunikasi dengan gerakan yang sangat sederhana.



Namun ketika dia telah berada dibawah pengawasan Ny. Sullivan, Helen mulai belajar untuk membuat kata dari gerakan jari, Ny. Sullivan juga memberi tahu nama-nama benda yang ada disekitar Helen dengan menggunakan permainan jari, dan semenjak Helen didampingi oleh Ny.Sullivan, ia mulai mengerti bahwa segala sesuatunya memiliki nama. Caranya dengan menuliskan nama benda-benda itu di telapak tangan Helen. Usaha itu tidaklah semudah yang kita bayangkan. Sampai suatu ketika, Helen merasakan semburan air dari pompa air yang jatuh ke telapak tangannya. Lalu Anne segera menuliskan kata WATER di telapak tangan Helen. Ajaib, sejak saat itu Helen mampu mengingat dan mengenali benda-benda disekelilingnya dengan cepat sekalipun ia tak dapat melihat maupun mendengarnya.

Pelajaran selanjutnya yang diterima oleh Helen adalah membaca, Ny. Sullivan memperkenalkan Helen pada huruf latin dengan menggunakan kertas karton, dan berlanjut dengan mempelajari kata-kata melalui buku, bukan hanya itu saja, Ny. Sullivan juga memperkenalkan puisi dan cerita indah melalui gerakan jari, Helen juga mulai memperluas wawasannya untuk mengenal dunia dengan memberanikan diri melakukan petualangan di alam bebas dengan didampingi oleh Ny. Sullivan dan adiknya Mildred.

Hebatnya, meskipun punya kekurangan, tapi Helen bisa menunjukkan kelebihan yang dimilikinya. Helen hobi menulis dan menuangkan kisah hidupnya dalam sebuah buku. The Story of My Life, buku yang diterbitkan tahun 1903 ini, sampai sekarang sudah diterjemahkan ke dalam 50 bahasa. Bukan cuma itu, kisah hidupnya pun dibuat menjadi film dan dipentaskan di teater Broadway.

Keinginan Helen untuk maju kian tidak terbendung, ia mulai ingin melakukan sesuatu yang sangat sulit dilakukan oleh seorang tunanetra dan tunarungu sekaligus, ia ingin belajar untuk berbicara, Helen terinspirasi oleh seorang gadis Norwegia bernama Ragnhild Kaata yang juga bisu dan tuli, namun ternyata sanggup untuk belajar berbicara.

Dibawah bimbingan Sarah Fuller, Helen mulai di perkenalkan pada suara, Ny. Fuller meletakkan tangan Helen diwajahnya dan membiarkan Helen mengetahui posisi bibir dan lidahnya ketika dia berbicara. Helen berusaha keras untuk mampu berbicara, ia mempunyai harapan bahwa suatu saat nanti orang-orang akan mengerti apa yang ingin dia katakan. Dibawah bimbingan Ny.Fuller kemampuan Helen mulai berkembang, dia tidak hanya belajar bagaimana membaca gerakan bibir, tapi ia juga belajar berbagai macam mata pelajaran seperti Arithmetic, fisika, geografi, bahasa perancis dan bahasa Jerman.

Sejak saat itu Helen mulai bercita-cita untuk mengenyam pendidikan hingga tingkat universitas. Untuk menggapai cita-citanya itu, Helen harus melalui berbagai macam rintangan yang berat, mulai dari kesulitannya beradaptasi dengan teman-teman sekelasnya yang notabene "orang normal", hingga kesangsian para guru akan kemampuannya mengikuti pelajaran seperti murid lainnya, tidak pernah menyurutkan niat Helen untuk terus maju menggapai impiannya.

Berkat bimbingan Ny. Sullivan dan orang-orang yang menyayanginya, Helen berhasil lulus hanya dalam 4 tahun dari universitas Radcliffe pada tahun 1904 dengan predikat magna cum laude. Dia tercatat sebagai orang buta dan tuli pertama yang sanggup menyelesaikan pendidikan hingga tingkat universitas, dan bukan hanya itu saja, Helen juga berhasil menjadi seorang penulis dan selalu aktif dalam kegiatan kemanusiaan untuk menolong orang-orang "kekurangan" seperti dirinya.

Helen memenangkan Honorary University Degrees Women's Hall of Fame, The Presidential Medal of Freedom, The Lions Humanitarian Award, bahkan kisah hidupnya meraih 2 piala Oscar. Ia menulis artikel serta buku-buku terkenal, diantaranya "The World I Live In" dan "The Story of My Life" (diketik dengan huruf biasa dan Braille), yang menjadi literatur klasik di Amerika dan diterjemahkan ke dalam 50 bahasa. Ia berkeliling ke 39 negara untuk berbicara dengan para presiden, mengumpulkan dana untuk orang-orang buta dan tuli. Ia mendirikan American Foundation for the Blind dan American Foundation for the Overseas Blind.

Mungkin kita tidak habis pikir, bagaimana bisa dengan keadaan buta dan tuli Helen bisa menjadi penulis. Bagaimana juga Helen bisa menjalani kehidupannya dalam kesendirian. Tanpa bisa mendengar suara apapun, tanpa melihat benda apa pun. Bayangkan bagaimana rasanya hidup di dunia yang sepertinya kosong, tanpa cahaya dan tanpa suara. Namun, kemauannya yang keras membuat Helen dapat bertahan hidup dan berhasil dalam kehidupannya.

Bagaimana dengan kita? Kita semua pasti punya kondisi fisik yang jauh lebih baik daripada Helen Keller, kita juga pasti diberi kemampuan yang lebih untuk mengembangkan talenta kita. Tapi seringkali yang kita lakukan adalah selalu berorientasi dengan apa yang tidak kita miliki dan selalu iri dengan keberhasilan orang lain. Kita selalu berpikir bahwa orang lain punya kelebihan yang jauh diatas kita, sehingga mereka berhasil. Kita tidak mulai bergerak untuk mengembangkan talenta yang kita miliki. Mulailah sesuatu dengan apa yang ada pada kita, bukan yang tidak ada pada kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar