Kamis, 31 Januari 2013

Sebutir Pasir

Penakluk pertama Mount Everest, puncak tertinggi pegunungan di himalaya, Sir Edmun Hillary, pernah ditanya wartawan apa yang paling ditakutinya saat menjelajah alam. Dia lalu mengaku tidak takut pada binatang buas, jurang yang curam, bongkahan raksasa, atau padang pasir yang luas dan gersang sekalipun. 



Lantas apa? “Sebutir pasir yang terselip diantara sela jari-jari kaki”, kata Hillary. Wartawan heran, tetapi sang penjelajah melanjutkan kata-katanya. “sebutir pasir yang masuk diantra sela jari kaki sering kali menjadi awal petaka. Ia bisa masuk kekulit kaki atau menyelusup lewat kulit. Lama-lama jari kaki terkena infeksi lalu membusuk. Tanpa sadar kakipun tak bisa digerakkan, dan itu awal malapetaka bagi seorang penjelajah sebab ia hanya bisa ditandu”.

Harimau, buaya, binatang, meski buas adalah binatang yang secara naluriah memiliki rasa takut kepada manusia. Sedangkan menghadapi jurang yang dalam dan ganasnya padang pasir, seorang penjelajah sudah punya persiapan memadai. Tetapi, jika menghadapi sebutir pasir yang akan masuk ke jari kaki, seorang penjelajah tidak mempersiapkannya. Dia cenderung mengabaikannya.

Rabu, 30 Januari 2013

Suara dari Kejauhan

Seorang bocah mengisi waktu luang dengan kegiatan mendaki gunung bersama ayahnya. Entah mengapa tiba-tiba si bocah tersandung akar pohon dan jatuh. “"Aduh!" Jeritannya memecah keheningan suasana pegunungan. Si bocah amat terkejut ketika mendengar suara dikejauhan menirukan teriakannya persis sama, “"Aduhh!”"



Dasar anak-anak, ia berteriak lagi, “"Hei, siapa kamu?”" Dan jawaban yang terdengar adalah “"Hei, siapa kamu?"” Lantaran kesal mengetahui suaranya ditirukan, si anak berseru “Pengecut kamu!” Lagi-lagi ia terkejut ketika suara dari sana membalasnya dengan umpatan serupa. Ia bertanya kepada sang ayah, “apa yang terjadi?”

Dengan penuh kearifan, sang ayah tersenyum, “Anakku, coba perhatikan” lelaki itu berkata keras, “"Saya kagum padamu!”" suara dikejauhan menjawab, "“Saya kagum padamu!”" Sekali lagi sang ayah berteriak “"Kamu sang juara!"” Dan suara itu kembali menjawab, "“Kamu sang juara!”"

Selasa, 29 Januari 2013

Keledai Yang Jatuh Ke dalam Sumur Tua

Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sebuah sumur tua. Sementara si petani, sang pemilik keledai, memikirkan apa yang harus dilakukannya. Akhirnya ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur perlu ditimbun karena berbahaya. Jadi ia berpikir tidak ada gunanya menolong si keledai. Kemudian ia mengajak tetangganya untuk membantunya menimbun sumur tua itu. Merekapun membawa sekop dan cangkul dan mulai menimbunkan tanah ke dalam sumur.

Ketika keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia meronta-ronta. Namun kemudian ia menjadi mendadak diam. Setelah beberapa sekop dan cangkul tanah tertimbun, si petani melihat kedalam sumur, dan tercengang melihatnya.



Walaupun punggungnya harus tertimpa bersekop-sekop tanah, namun si keledai berhasil melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah lalu ia menaiki tanah itu. Begitu seterusnya.

Senin, 28 Januari 2013

Perkakas Iblis

Pada suatu ketika, iblis mengiklankan bahwa ia akan mengobral perkakas-perkakas kerjanya. Pada hari H, seluruh perkakasnya dipajang untuk dilihat oleh para calon pembeli, lengkap dengan harga jualnya. Seperti kalau kita masuk ke toko hardware, barang-barang yang dijual sungguh-sungguh menarik, dan semua barang kelihatan berguna sesuai dengan fungsinya masing-masing. Harganya pun tidak mahal.



Barang-barang yang dijual antara lain: dengki, iri, tidak jujur, tidak menghargai orang lain, malas, tak tahu terimakasih, dendam, dan lain sebagainya. Di suatu pojok display, ada satu perkakas yang bentuknya sederhana, sudah agak aus, tetapi harganya paling tinggi diantara yang lain.

Minggu, 27 Januari 2013

Lompatan Belalang

Seekor belalang telah lama terkurung dalam sebuah kotak. Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya tersebut. Dengan gembira ia melompat-lompat menikmati kebebasannya. Di perjalanan ia bertemu dengan seekor belalang lain. Namun ia keheranan kenapa belalang itu bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya. Dengan penasaran ia menghampiri belalang itu, dan bertanya, “Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh, padahal kita tidak jauh berbeda dariusiaataupun bentuk tubuh?”


Belalang itupun menjawabnya, “Dimanakah kau selama ini tinggal? Karena semua belalang yang hidup dialam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan”. Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang selama ini membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.

Sabtu, 26 Januari 2013

Rusa Yang Tahu Membalas Budi

Gemercik anak sungai yang berada dihutan mengalir melewati pepohonan liar yang indah yang menambah keindahan sebuah rumah kecil disana. Matahari bersinar dengan terangnya di awan. Tiba-tiba, seekor rusa berlari menuju halaman rumah itu dimana seorang anak sedang bermain. Rusa tersebut kemudian mengaitkan baju anak tersebut dengan tanduknya. Hal ini menyebabkan anak tersebut sangat ketakutan sehingga ia menjerit sekuat-kuatnya dan menyebabkan ibunya berlari keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi. Ibunya keluar tepat pada saat ia melihat seekor rusa berlari menuju gunung dengan membawa anaknya tercinta.



Tentu saja ibu anak tersebut sangat ketakutan. Ia berlari mengejar rusa tersebut dan tidak lama kemudian ia menemukan anaknya duduk diatas rumput dalam keadaan selamat. Melihat ibunya datang, anak itu sangat bahagia dan menjulurkan tangannya kepada ibunya. Sang ibu kemudian menggendongnya. Ia merasa sangat bahagia sehingga tidak terasa air matanya mengalir.

Apakah Dosa Saya Diampuni?

Suatu hari datanglah seorang pria ke hadapan seorang Bijak. “Guru, saya mempunyai banyak dosa. Saya telah memfitnah, membohongi, dan menggosipkan orang lain dengan hal buruk. Kini saya menyesal dan ingin memohon maaf lahir dan batin. Bagaimana caranya agar Tuhan mengampuni semua kesalahan saya?”



Sang bijak berkata, “Ambillah bantal di tempat tidurku. Bawalah ke alun-alun kota. Disana, bukalah bantal itu sampai bulu-bulu ayam dan kapas di dalamnya keluar tertiup angin. Itulah bentuk hukuman atas kata-kata jahat yang telah keluar dari mulutmu”.

Meski kebingungan, toh akhirnya ia menjalani “hukuman” yang diperintahkan kepadanya. Di alun-alun ia membuka bantal dan dalam sekejap bulu ayam dan kapas beterbangan tertiup angin.

Jumat, 25 Januari 2013

Asal Mula Boneka "Teddy Bear"

Suatu hari, Presiden Theodore Roosevelt pergi berburu. Seekor beruang tertangkap dan diikat agar presiden dapat menembaknya, namun Presiden Roosevelt tidak mau membunuh beruang itu. Kisah ini menjadi terkenal ketika dilaporkan di surat kabar dan digambar dalam bentuk kartun.

Seorang laki-laki bernama Morris Michtom memiliki toko permen dan alat-alat tulis. Istrinya yang bernama Rose kadang-kadang membuat boneka beruang kecil yang diletakkan di jendela toko mereka. Morris melihat kartun beruang di koran dan mendapatkan ide. Dia minta istrinya membuat beberapa beruang khusus seperti yang ada dalam gambar kartun itu.

Lalu Morris menulis surat yang ditujukan ke Gedung Putih, menanyakan apakah beruang baru itu boleh diberi nama seperti nama Presiden. Presiden membalas surat itu, "Saya pikir nama saya tidak begitu berharga dalam bisnis beruang, tapi anda boleh saja menggunakannya."


Kamis, 24 Januari 2013

Keinginan dan Kebutuhan

Berikut ini adalah percakapan seekor unta muda dengan induknya.



“Ibu, boleh aku bertanya sesuatu”, sang anak berkata.

“Ya, anakku apakah ada yang mengganggu pikiranmu?”, sang induk menjawab.

“Mengapa kita punya punuk, sementara gajah, rusa tidak?”, sang anak memandang induknya.

“Kita adalah binatang padang gurun, dan punuk ini digunakan untuk menyimpan air. Kita dikenal sebagai hewan yang dapat bertahan tanpa air”, induknya menjelaskan dengan sabar.

“Lalu mengapa kaki kita panjang dan bulat?”, anaknya bertanya lagi.

“Anakku, sudah jelas itu kita gunakan untuk dapat berjalan di padang pasir lebih baik dan lebih cepat dari pada yang lainnya”, induknya berusaha sabar terhadap anaknya.

Kisah Dermawan di Kereta Api Parahyangan

Sebagai pekerja ulang alik Bandung-Jakarta, kereta api Parahyangan dulu adalah sarana angkutan favorit saya, sebelum dibangunnya jalan tol Cipularang yang menyingkat waktu tempuh perjalanan dengan bus. Bertahun tahun saya jadi pelanggan setia kereta api legendaris ini, sampai hapal dengan awak keretanya, dan hapal pula dengan sesama pelanggan setia lainnya. Saat jadwal penumpang padat, hari Jum'at - Minggu, kita jarang dapat tiket duduk, sehingga berserakan di mana saja, asal bisa terangkut ke tujuan.

Dulu salah satu tempat favorit saya adalah gerbong barang atau dikenal dengan istilah BP. Ruangannya luas dan sering kosong karena memang jarang membawa barang. Cukup gelar tikar dan duduk dimana saja yang saya mau.

Karena sering naik di gerbong itu, akhirnya saya kenal dengan salah seorang penumpang aneh yang sering bertemu pada beberapa perjalanan. Ia adalah seorang lelaki tua yang sederhana. Menariknya, ia selalu membawa sekarung bawaan yang besar. Biasanya ada yang membantunya membawa karung-karung tersebut. Saya kira tadinya ia bawa barang dari Bandung utk dijual di Jakarta, atau sebaliknya. Tapi ternyata ketika melewati daerah tertentu, sekitar daerah Cikalong (jalur antara Purwakarta-Padalarang), ia membuka karung tersebut yang ternyata isinya berbagai macam makanan (roti bungkus, mie, dll).

Selasa, 22 Januari 2013

Kisah Alergi Hidup

Seorang pria mendatangi seorang Guru. Katanya : "Guru, saya sudah bosan hidup. Benar-benar jenuh. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu gagal. Saya ingin mati".

Sang Guru tersenyum : "Oh, kamu sakit".

"Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati".

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Guru meneruskan : "Kamu sakit. Penyakitmu itu bernama "Alergi Hidup". Ya, kamu alergi terhadap kehidupan. Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan ini mengalir terus, tetapi kita menginginkan keadaan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Usaha pasti ada pasang-surutnya. Dalam berumah-tangga, pertengkaran kecil itu memang wajar. Persahabatan pun tidak selalu langgeng. Apa sih yang abadi dalam hidup ini ? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita".



Minggu, 20 Januari 2013

Humor Mahatma Gandhi

Mahatma Gandhi terkenal dengan kecerdikan dan humornya yang tinggi. Gandhi memiliki kapasitas tak terbatas untuk tertawa. Dia menyenangkan setiap orang yang ada di sekitarnya dengan menciptakan humor dari percakapan sehari-hari. Tapi rasa humornya tidak pernah menimbulkan sinisme atau merendahkan orang lain. bahkan Lord Mountbatten, raja muda Inggris di India, memberinya penghargaan atas rasa humornya, dan menyebut Gandi sebagai seorang yang patut dicintai dengan sikap manusia yang hangat.



Tak diragukan, rasa humor ini membuat ia tetap muda, gembira dan penuh semangat bahkan selama dalam tahun-tahun sulit dalam perjuangan kemerdekaan India.

Pada tahun 1931 Gandhi pergi ke London untuk menghadiri Konferensi Meja Bundar sebagai wakil satu-satunya dari Congres India. Disamping keseriusan perundingan itu, ia tidak pernah kehilangan kemampuannya untuk meringankan suasana. Seorang mantan anggota Angkatan Laut Inggris mendekatinya untuk meminta tanda tangan. “Berapa anak anda?” tanya Gandhi. “Delapan, Tuan. Empat putra dan empat putri.”, jawab yang ditanya. “Saya punya empat putra”, kata Gandhi, “jadi saya dapat berlomba lari setengah lapangan dengan anda.” jawaban ini menimbulkan tawa pada para peserta konferensi.

Jumat, 18 Januari 2013

Berada Di Tengah Samudra

Bayangankan anda saat berada di tengah samudra di atas sebuah speedboat. Lima puluh kilometer di depan anda adalah sebuah pulau dan di pulau itu terdapat semua yang anda inginkan dan cita-citakan. Semua impian anda. Dan satu-satunya cara untuk mendapatkan itu semua adalah sampai ke pulau tersebut. Pulau itu ada di belakang cakrawala. Tapi cakrawala yang mana?



Masalahnya adalah anda tidak mempunyai kompas, peta, radio, telepon, dan anda tidak tahu mana arah ke pulau tersebut. Arah yang salah akan membuat anda melenceng jauh sekali dari pulau impian, sementara di sekeliling anda yang terlihat cuma laut dan langit. Dalam dua jam, anda bisa saja telah sampai di pulau impian. Tetapi bila anda salah arah, anda bisa kehabisan bahan bakar sebelum bisa mencapai pulau impian.

Kamis, 17 Januari 2013

Hidup Hanya 6 Jam


Kisah berikut ini dikutip dari buku "Gifts From The Heart for Women" karangan Karen Kingsbury. Buku ini dapat Anda peroleh di toko buku Gramedia, maupun toko buku lainnya.



Inti ceritanya kira-kira adalah sebagai berikut :

Ada pasangan suami isteri yang sudah hidup beberapa lama tetapi belum mepunyai keturunan. Sejak 10 tahun yang lalu, sang istri terlibat aktif dalam kegiatan untuk menentang Aborsi, karena menurut pandangannya, aborsi berarti membunuh seorang bayi.

Setelah bertahun-tahun berumah-tangga, akhirnya sang istri hamil, sehingga pasangan tersebut sangat bahagia. Mereka menyebarkan kabar baik ini kepada famili, teman-teman dan sahabat-sahabat, dan lingkungan sekitarnya. Semua orang ikut bersukacita dengan mereka. Dokter menemukan bayi kembar dalam perutnya, seorang bayi laki-laki dan perempuan.Tetapi setelah beberapa bulan, sesuatu yang buruk terjadi. Tetapi bayi perempuan mengalami kelainan, dan ia mungkin tidak bisa hidup sampai masa kelahiran tiba. Dan kondisinya juga dapat mempengaruhi kondisi bayi laki-laki  Jadi dokter menyarankan untuk
dilakukan aborsi, demi untuk sang ibu dan bayi laki-laki-nya.

Selasa, 15 Januari 2013

Naik dan Turun

Suatu hari seorang Murid bertanya kepada Gurunya, “Guru, saya pernah mendengar kisah seorang arif yang pergi jauh dengan berjalan kaki. Cuma yang aneh, setiap ada jalan yang menurun, sang arif konon agak murung. Tetapi kalau jalan sedang mendaki ia tersenyum. Hikmah apakah yang bisa saya petik dari kisah ini?”



“Itu perlambang manusia yang telah matang dalam meresapi asam garam kehidupan”, jelas sang Guru. “Itu perlu kita jadikan cermin. Ketika bernasib baik, sesekali perlu kita sadari bahwa suatu ketika kita akan mengalami nasib buruk yang tidak kita harapkan. Dengan demikian kita tidak terlalu bergembira sampai lupa bersyukur kepada Sang Maha Pencipta. Ketika nasib sedang buruk, kita memandang masa depan dengan tersenyum optimis. Optimis saja tidak cukup, kita harus mengimbangi optimisme itu dengan kerja keras.”

“Apa alasan saya untuk optimis, sedang saya sadar nasib saya sedang jatuh dan berada di bawah,” sang Murid kembali bertanya.

Senin, 14 Januari 2013

Kisah 4 Lilin


Suatu hari ada 4 lilin yang menyala, Sedikit demi sedikit habis meleleh.



Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka

Yang pertama berkata: “Aku adalah Damai.” “Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!” Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.

Yang kedua berkata: “Aku adalah Iman.” “Sayang aku tak berguna lagi.” “Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara: “Aku adalah Cinta.” “Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.” “Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.” “Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.” Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.

Tanpa terduga…

Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Ekh apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!

Jumat, 11 Januari 2013

Batu Bata dan Semen

Sebuah tembok, terdiri dari dua hal, batu bata dan semen. Tanpa keduanya, tidak ada benda yang bernama tembok. Besar ataupun kecil. Batu bata yang tidak disemen, tidak akan bisa menjadi tembok yang kokoh, dan apalah artinya tembok tanpa kekokohan.

Hal yang sama juga terdapat dalam hidup kita. Hidup kita terdiri atas waktu dan alasan untuk hidup. Adalah sia-sia apabila kita menyusun hidup kita jam demi jam, hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun, tanpa menyadari alasan kita hidup. Sama seperti tembok yang terbuat oleh batu bata yang tidak disemen, mudah goyah.



Kekokohan hidup kita bagai tembok yang disemen? Hanya alasan untuk hidup kita yang membedakan antara hidup yang kokoh dan yang rontok oleh goncangan. Kita memang tidak pernah bisa menghindari semua goncangan, namun kita selalu bisa menyusun alasan untuk hidup yang kokoh.

Kamis, 10 Januari 2013

Batu Besar


Di sebuah ladang terdapat sebongkah batu yang amat besar. Dan seorang petani tua selama bertahun-tahun membajak tanah yang ada di sekeliling batu besar itu. Sudah cukup banyak mata bajak yang pecah gara-gara membajak di sekitar batu itu. Padi-padi yang ditanam di sekitar batu itu pun tumbuh tidak baik.

Hari ini mata bajaknya pecah lagi. Ia lalu memikirkan bahwa semua kesulitan yang dialaminya disebabkan oleh batu besar ini. Lalu ia memutuskan untuk melakukan sesuatu pada batu itu.

Lalu ia mengambil linggis dan mulai menggali lubang di bawah batu. Betapa terkejutnya ia ketika mengetahui bahwa batu itu hanya setebal sekitar 6 inchi saja. Sebenarnya batu itu bisa dengan mudah dipecahkan dengan palu biasa. Kemudian ia lalu menghancurkan batu itu sambil tersenyum gembira.

Rabu, 09 Januari 2013

Kapak, Gergaji, Palu dan Nyala Api

Hati itu terkadang seperti baja, maka jangan digergaji, dikapak ataupun di palu…

Alkisah suatu ketika, Kapak, Gergaji, Palu, dan Nyala Api sedang mengadakan perjalanan bersama-sama. Di suatu tempat, perjalanan mereka terhenti karena terdapat sepotong besi baja yang tergeletak menghalangi jalanan. Mereka berusaha menyingkirkan baja tersebut dengan kekuatan yang mereka miliki masing-masing.



“Itu bisa Aku singkirkan,” kata Kapak. Pukulan-pukulannya keras sekali menghantam baja yang kuat dan keras juga itu. Tapi tiap bacokan hanya membuat kapak itu lebih tumpul sendiri sampai ia berhenti.

“Sini, biar aku yang urus,” kata Gergaji. Dengan gigi yang tajam tanpa perasaan, ia pun mulai menggergaji. Tapi kaget dan kecewa ia, semua giginya jadi tumpul dan rontok.

Selasa, 08 Januari 2013

Rumah Terakhir

Seorang arsitek memutuskan untuk pensiun dari pekerjaannya. Dia ingin istrahat dari bisnis perumahan dan menjalani kehidupan yang beru bersama keluraga dan anak-anaknya. Dia sudah merasa jenuh dengan pekerjaannya dan kehilangan motivasi.

Pimpinannya merasa kehilangan seorang arsiteknya yang andal. Dia meminta agar sang arsitek membuatkan satu lagi rumah sebagai kenang-kenangan. Sang arsitek menyetujuinya. Tapi karena dia sudah kehilangan motivasi, dia membangun rumah itu dengan asal-asalan. Menggunakan material yang tidak bagus.



Ketika pekerjaannya sudah selesai, sang arsitek mendatangi pimpinannya di kantornya. “Pak rumahnya sudah selesai, dan saya mau mengundurkan diri sekarang”, kata sang arsitek.

“Oke”, pimpinannya menyahut, “Mari kita lihat hasil pekerjaanmu”.

Saat melihat-lihat rumah tersebut pimpinannya mendekati sang arsitek dan berkata, “Ini adalah rumahmu”, sambil menyerahkan kunci rumah tersebut. “Ini sebagai hadiah dari saya atas pengabdianmu selama ini.”

Senin, 07 Januari 2013

Kisah Sedih dari Sebuah Dermaga Kayu di Tengah Laut

Beruntung sekali kita yang masih dapat mengisi hari dengan berbagai kegiatan di sekolah atau bermain basket bersama teman seusai belajar. Karena ternyata tidak semua anak-anak dapat mencicipi kesempatan seperti itu setiap harinya. Ada sekitar 250 juta teman kita di seluruh dunia yang harus melewati hari mereka dengan kerja keras seperti yang biasa dilakukan oleh orang-orang dewasa.

Dan pekerjaan yang mereka lakukan itu jauh sekali dari suasana enak dan nyaman seperti yang selalu kita cita-citakan. Sekitar 80 juta teman kita itu tadi bekerja di dunia kelam yang adanya jauh sekali di impian kita. Dunia bagi mereka tidaklah seindah seperti yang didongengkan di buku-buku cerita. Pantai dan lautnya yang biru damai nggak ubahnya seperti dunia yang ganas dan kejam bagi mereka. Kok bisa? Maksudnya kok bisa mereka memilih kehidupan seperti itu? Mari kita tengok dulu deh sejenak dunia teman-teman kita yang tersisihkan ini untuk sekedar mengingatkan betapa masih beruntungnya kita dengan kondisi yang ada saat ini.



Setelah berbulan-bulan lamanya bekerja sebagai buruh anak di sebuah dermaga penangkapan ikan di tengah laut, Sudarnoso sudah nggak bisa menahan rindu lagi untuk bisa pulang ke daratan dan berkumpul lagi bersama kedua orangtuanya. Mereka adalah keluarga miskin yang tinggal di sebuah desa kecil di daerah Sumatera. Bisa dibayangkan bagaimana sedihnya Sudarsono ketika sekembalinya dari perantauan dia melihat rumahnya telah lama kosong.

Sabtu, 05 Januari 2013

Kehidupan ada Guru Terbaik

Apakah anda ingat akan guru terbaik anda pada masa sekolah, guru yang memberi inspirasi bagi anda untuk belajar dan mengerjakan yang terbaik?

Guru tersebut memberi tantangan bagi anda untuk maju, lebih dari guru-guru lain. Awalnya, mungkin tantangan ekstra itu terasa tidak adil, atau malah kejam. Tetapi sekarang anda seakan memandang berbeda. Anda memandangnya dengan rasa hormat dan percaya, bahwa karena tantangan itulah anda bisa maju.

Saat ini ada guru hebat yang masih mengajar anda. Ia adalah “kehidupan”.

Kehidupan adalah guru yang terbaik. Tapi pelajarannya sering terasa keras, tajam, dan kadang kejam. Di sana ada kekecewaan, kesedihan, kebingungan, kesendirian, dan frustasi dalam setiap pengajarannya.

Jumat, 04 Januari 2013

Batu dalam Ember

Seorang dosen berdiri di depan kelas dengan batu-batu dengan berbagai ukuran di atas mejanya. Saat memulai kuliahnya, sang dosen mengambil sebuah ember plastik kosong dengan diameter 20 cm dan tinggi 20 cm. Lalu mengisi dengan batu yg hampir bulat dengan diameter 18 cm. Dan bertanya pada mahasiswanya, apakah ember ini sudah terisi penuh? Hampir serentak mahasiswanya menjawab bahwa ember sudah penuh.



Kemudian sang dosen mengambil batu-batu kerikil dan memasukkan ke dalam ember dan menggoyang-goyangkan ember tersebut, sehingga kerikil tadi mengisi sela-sela yg kosong dalam ember. Mahasiswanya tertawa.

“Apakah sekarang embernya sudah penuh?”, tanya sang dosen. Mahasiswanya setuju bahwa sekarang ember sudah penuh.

Dosen mengambil pasir dan memasukkan ke dalam ember dan mengoyang-goyangkannya hingga pasir itu mengisi sela-sela yg kosong dalam ember.

“Sekarang”, kata sang dosen, “Ini adalah gambaran kehidupan kita”.

Perawat Itu Ternyata Seorang Raja

Selama bertahun-tahun Charles Wesley Mumbere bekerja sebagai perawat pembantu di Maryland dan Pennsylvania. Seperti perawat lainnya, pria berusia 56 tahun itu merawat orang jompo dan mereka yang sedang sakit.

Tak satu pun dari rekan kerja dan pasien yang dirawatnya menduga, bahwa Mumbere masih memiliki 'darah biru'. Mumbere ternyata adalah putra mahkota di tanah kelahirannya, Afrika. Mumbere pun berhak mewarisi tahta kerajaan sejak dia berusia 13 tahun.



Akhirnya, pada Senin, 19 Oktober 2009, merupakan hal luar biasa yang terjadi. Setelah negaranya dilanda pergolakan dan krisis ekonomi, akhirnya raja baru tiba.

Sebanyak 300 ribu rakyat Rwenzururu di Uganda, mengelu-elukan Mumbere. Mereka menyambut Mumbere dengan alat musik, poster, spanduk, hingga kaos bergambar dirinya.

President Uganda Yoweri Museveni pun menggelar rapat umum. Di hadapan rakyat Rwenzururu, Mumbere pun diperkenalkan. Tradisi kerajaan yang dilarang sejak 1967 pun dibuka kembali.

7 Keajaiban Dunia


Sekelompok siswa kelas geografi sedang mempelajari “Tujuh Keajaiban Dunia.” Pada awal dari pelajaran, mereka diminta untuk membuat daftar apa yang mereka pikir merupakan “Tujuh Keajaiban Dunia” saat ini. Walaupun ada beberapa ketidak-sesuaian, sebagian besar daftar berisi:
1) Piramida
2) Taj Mahal
3) Tembok Besar Cina
4) Menara Pisa
5) Kuil Angkor
6) Menara Eiffel
7) Kuil Parthenon

Ketika mengumpulkan daftar pilihan, sang guru memperhatikan seorang pelajar, seorang gadis yang pendiam, yang belum mengumpulkan kertas kerjanya. Jadi, sang guru bertanya kepadanya apakah dia mempunyai kesulitan dengan daftarnya.

Gadis pendiam itu menjawab,

“Ya, sedikit. Saya tidak bisa memilih karena sangat banyaknya.”

Sang guru berkata, “Baik, katakan pada kami apa yang kamu miliki, dan mungkin kami bisa membantu memilihnya.”

Kamis, 03 Januari 2013

Gadis Kecil Dan Kotak Emas


Di sebuah keluarga miskin, seorang ayah tampak kesal pada anak perempuannya yang berusia tiga tahun. Anak perempuannya baru saja menghabiskan uang untuk membeli kertas kado emas untuk membungkus sekotak kado.

Keesokan harinya, anak perempuan itu memberikan kado itu sebagai hadiah ulang tahun pada sang ayah.

"Ini untuk ayah," kata anak gadis itu.

Sang ayah tak jadi marah. Namun ketika ia membuka kotak dan mendapatkan isinya kosong, meledaklah kemarahannya.

"Tak tahukah kau, kalau kau menghadiahi kado pada seseorang, kau harus memberi sebuah barang dalam kotak ini!"

Anak perempuan kecil itu menatap ayahnya dengan mata berkaca-kaca. Ia berkata terisak-isak, "Oh ayah, sesungguhnya aku telah meletakkan sesuatu ke dalam kotak itu."

"Apa yang kau letakkan ke dalam kotak ini? Bukankah kau lihat kotak ini kosong?" bentak ayahnya.

"Oh ayah, sungguh aku telah meletakkan hampir ribuan ciuman untuk ayah ke dalam kotak itu," bisik anak perempuan itu.

Di Balik Cermin


Ketika saya masih kecil, kami tinggal di kota New York, hanya satu blok dari rumah kakek-nenek saya. Setiap malam, kakek saya selalu melakukan "kewajibannya," dan di setiap musim panas, saya selalu ikut dengannya.

Pada suatu malam, ketika Grandpa (kakek) dan saya sedang jalan kaki bersama, saya menanyakan apa bedanya keadaan sekarang dengan dulu, ketika dia masih kecil di tahun 1964. Grandpa bercerita tentang jamban-jamban di luar rumah, bukan toilet mengkilap, kuda- kuda, bukan mobil, surat-surat, bukan telepon, dan lilin-lilin, bukan lampu-lampu listrik.

Sementara dia menceritakan semua hal-hal indah yang sama sekali tidak pernah terbayang di kepala saya, hati kecil saya mulai penasaran. Lalu saya tanyakan kepadanya,"Grandpa, apa hal paling susah yang pernah terjadi dalam hidupmu?"

Grandpa berhenti melangkah, memandang cakrawala, dan membisu beberapa saat. Lalu dia berlutut, menggenggam tangan saya, dan dengan air mata berlinang dia mengatakan: "Ketika ibumu dan adik-adiknya masih kecil-kecil, Grandma (nenek) sakit parah dan untuk bisa sembuh, dia harus di rawat di satu tempat yang namanya sanatorium, untuk waktu yang lama sekali.

Rabu, 02 Januari 2013

Sebuah Boneka


Hari terakhir sebelum Natal, aku terburu-buru ke supermarket untuk membeli hadiah2 yang semula tidak direncanakan untuk dibeli. Ketika melihat orang banyak, aku mulai mengeluh: "Ini akan makan waktu selamanya, sedang masih banyak tempat yang harus kutuju. Natal benar2 semakin menjengkelkan dari tahun ke tahun. Kuharap aku bisa berbaring, tidur, dan hanya terjaga setelahnya" Walau demikian, aku tetap berjalan menuju bagian mainan, dan di sana aku mulai mengutuki harga-harga, berpikir apakah sesudahnya semua anak akan sungguh-sungguh bermain dengan mainan yang mahal.



* Saat sedang mencari-cari, aku melihat seorang anak laki-laki berusia sekitar 5 tahun, memeluk sebuah boneka. Ia terus membelai rambut boneka itu dan terlihat sangat sedih. Aku bertanya-tanya untuk siapa boneka itu. Anak itu mendekati seorang perempuan tua di dekatnya: "Nenek, apakah engkau yakin aku tidak punya cukup uang?"

Perempuan tua itu menjawab: "Kau tahu bahwa kau tidak punya cukup uang untuk membeli boneka ini, sayang." Kemudian Perempuan itu meminta anak itu menunggu di sana sekitar 5 menit sementara ia berkeliling ke tempat lain. Perempuan itu pergi dengan cepat. Anak laki-laki itu masih menggenggam boneka itu di tangannya.

Mobil Angkot Yang Mogok dan Seorang Polisi


Pagi ini saya berangkat kerja dengan perasaan malas. Terutama bila mengingat jarak tempat kerja yang lumayan jauh. “

Kau harus semangat De, kalau kita semangat dan pekerjaan bisa selesai dengan cepat, kau kan bisa pulang lebih awal. Kita bisa bertemu dirumah lebih cepat juga. Jangan tertinggal dengan orang lain”. Suami saya langsung tanggap ketika melihat gerakan saya yang lamban dan tidak bersemangat ketika akan berangkat. Duh, tiba – tiba saya teringat akan suasana kerja yang tidak kondusif belakangan ini. Saya tidak bersemangat setiap memulai hari. Hal itu semakin terasa setelah beberapa orang teman berhenti dari perusahaan ini dikarenakan berbagai alasan. Belakangan saya terhanyut dengan situasi itu. Sekarang saya tengah rajin membuat peta kompetensi. Dengan begitu saya berharap bisa dapat petunjuk kearah mana karir saya akan berlanjut. Saya tidak ingin tertinggal jika kelak ada perubahan mendadak dari manajemen.

Dibawah jembatan penyebrangan yang berfungsi sebagai halte, saya berdiri menunggu bus yang akan membawa saya ketempat bekerja. Debu beterbangan, knalpot mengeluarkan asap yang menyesakkan. Ditengah situasi seperti itu, beberapa orang polisi dengan setia bertugas. Berdiri ditengah keruwetan lalu lintas yang padat berdesakan.

Selasa, 01 Januari 2013

Aku sangat mendambakan cintamu

Pada suatu hari yang gelap di musim gugur 1942, udara dingin, sangat dingin. Hari itu tak ada bedanya dengan hari-hari lain di kamp konsentrasi Nazi. Aku berdiri menggigil dalam pakaian compang-camping yang tipis, masih tak percaya bahwa mimpi buruk ini benar-benar terjadi.

Aku hanya seorang anak laki-laki. Seharusnya aku bermain-main bersama kawan-kawanku; seharusnya aku pergi ke sekolah; seharusnya aku bersemangat menyongsong masa depanku, ketika aku akan menjadi dewasa, menikah, dan membangun keluargaku sendiri. Tetapi, semua impian itu hanya pantas untuk mereka yang masih hidup, dan aku bukan lagi salah satu dari mereka. Aku nyaris mati, mencoba bertahan hidup dari hari ke hari, dari jam ke jam, sejak aku diseret dari rumahku dan dibawa ke sini bersama puluhan rIbu orang Yahudi lainnya. Apakah besok aku masih hidup? Apakah malam ini aku akan dibawa ke kamar gas?

Aku berjalan mondar-mandir di dekat pagar kawat berduri, mencoba menghangatkan tubuhku yang kedinginan. Aku lapar, tetapi sudah sejak lama aku kelaparan, lebih lama dari yang ingin kuingat-ingat. Aku selalu kelaparan. Makanan yang layak sepertinya hanya ada dalam mimpi. Setiap hari semakin banyak di antara kami menghilang begitu saja, masa lalu yang bahagia tampak semakin samar. Aku kian tenggelam dalam keputusasaan.

Selimut Untuk Keselamatan


Ketika saya baru saja lulus dari sebuah seminari, istri saya, Kathy, dan saya pindah bersama dengan putra kami yang berusia 2 tahun, Nate, ke sebuah desa kecil di Alaska. Pesawat kecil berpenumpang 3 dan 4 yang kami tumpangi untuk penerbangan lanjutan kami sangat menakutkan putra kecil kami sehingga ia mengambil selimut kesayangannya dan menutupi kepalanya sampai kami mendarat di jalur landasan kecil yang terbuat dari tanah.



Kemudian, selama bulan-bulan penyesuaian yang panjang, ketika kami belajar bagaimana cara hidup di tempat yang baru di antara orang-orang baru yang mempunyai kebudayaan yang berbeda, putra saya membawa selimut pengamannya kemanapun ia pergi, dan akhirnya selimut itu cepat menjadi lunak dan kumal. Ia tidak dapat tidur sebelum ia mendapatkan selimutnya dan menyelinap ke dalam kehanggatannya.

Tahun ke 2 kami berada di desa tersebut, saya mendapat kesempatan sebagai pembicara tamu di sebuah konferensi misi di Seattle. Ketika saya sedang berkemas untuk perjalanan tersebut, putra saya mengikuti saya di sekeliling ruangan, bertanya ke mana saya akan pergi, dan berapa lama saya bepergian, dan mengapa saya harus berbicara kepada orang-orang tersebut, dan apakah ada yang akan menyertai saya?