Kamis, 07 Februari 2013

Manusia adalah Sebongkah Batu

Suatu ketika seorang pengrajin batu berjalan di gunung yang sangat gersang dan melihat seonggok batu dengan warna coklat kusam yang telah diselimuti oleh lumut dan kenampakan luarnya relatif lapuk. Kemudian dengan sekuat tenaga sang pengrajin tersebut mengayunkan godamnya mengenai batu hingga mendapatkan bongkahan batu sebesar kepala dan mulai terlihat warna asli dari batu tersebut adalah putih.




Dibawalah batu itu ke rumahnya, dipotongnya dengan menggunakan gerinda (alat pemotong batu), hingga percikan api hasil gesekan dengan batu itu sesekali terlihat. Dihaluskannya permukaan yang kasar dari batu tersebut dan kemudian dipoles.

Siang dan malam ia berusaha membentuk sebuah batu penghias cincin dari warna batu yangputih dan kasar berangsur-angsur menjadi putih mengkilap dan licin. Pengrajin tersebut tahu betul kesempurnaan bentuk sebuah batu penghias cincin dan akhirnya terciptalah sebuah batu bernilai sangat tinggi.


Alam banyak memberikan berbagai pelajaran kepada bagi kita. Kita adalah sebongkah batu kondisi lapuk, berlumut dan rapuh. Rapuh adalah kondisi kita yang tidak mampu melawan cobaan. Pukulan godam, gesekan gerinda, percikan api, polesan amplas adalah gambaran dari cobaan yang datang untuk menempa kita.

Terkadang kita menolak cobaan yang datang tetapi sebenarnya cobaan tersebut adalah sarana yang datang dari sang pencipta untuk membentuk kepribadian kita sehingga kita bisa terlihat bersinar.

Sekarang mari kita pikirkan dimanakah posisi kita? Apakah kita seonggok batu yang tidak berharga? Ataukah kita seonggok batu yang sedang mengalami proses menjadi sebuah batu penghias cincin yang memiliki nilai yang sangat mahal??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar